|
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
hakikatnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disekolah adalah untuk mengembangkan keterampilan
berbahasa baik lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa yang dimaksud
adalah tidak lain yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dengan kata lain bahwa pembelajaran bahasa diarahkan pada pembinaan keterampilan
berkomunikasi dalam berbagai situasi.
1
|
Pembelajaran
kooperatif (cooperative
learning)
sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan
dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok
secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kolaboratif adalah miniatur dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Metode
kooperatif ini merupakan pembelajaran
yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama
lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh
keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (dalam Slavin ,1995) merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Jika
satu kelas bekerjasama dalam suatu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan
suatu permaianan yang menyebabkan anak-anak lain senang atau mengoperasikan
kelompok itu. Namun, tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin
ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain, yang
betul-betul mengaggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas
sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan maka makin kooperatif.
Adanya
ketergantungan positif bisa dilakukan dengan cara memberi peranan khusus kepada
anggota kelompok untuk membentuk peningkat, penjelas, atau perekam. Selanjutnya
membagi tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas. Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang
terdiri dari individu-individu. Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat
dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif,menghindari
pertentangan satu sama lain. Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok
bekerja bersama untuk membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang
ditetapkan oleh situasi.
Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatakan hasil pebelajar, hubungan antar kelompok,
memberi kesempatan kepada siswa berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu
tim untuk mencerna materi pelajaran. Meningkatkan rasa percaya diri dan
motivasi belajar, membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain, dan
tanggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
Ada
beberapa teori yang mendasari, mengapa sistem bekerja dalam kelompok kooperatif
belajar lebih layak dari pada belajar di
kelas secara tradisional. Salah satu diantaranya adalah teori motivasi (Slavin,
dalam Munirah 2010 : 8). Motivasi siswa
pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk
hadiah/struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Oleh karena
itu untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota kelompok harus saling
membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya dan atau yang lebih
penting adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha
mencapai tujuan yang maksimal.
Untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia,terutama pada usia pendidikan dasar, oleh para guru dipandang perlu
memiliki metode yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu
metode yang yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Sehubungan dengan hal tersebut, muncul masalah yang perlu diteliti yaitu
apakah tingkat hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih baik, dibandingkan dengan pembelajaran non kooperatif pada murid kelas V SD Inpres Gallang
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan
yang telah diajukan serta memperoleh hasil kajian yang lebih mendalam, terarah,
dan akurat, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan hasil belajar bahasa
Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division (STAD)
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengungkapkan rumusan masalah
dari peneliatian ini yakni bagaimanakah
peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif tipe
STAD murid kelas V SD Negeri No. 38 Pa’rassangan Beru Kecamatan Sanrobone
Kabupaten Takalar?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD murid kelas
V SD Negeri No. 38 Pa’rassangan Beru Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar?
D.
Manfaat
penelitian
Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah
manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis
Penelitian
diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengajaran bahasa Indonesia
khususnya peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan memberikan konstribusi
praktis dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD. Konstribusi yang dimaksud
berupa informasi faktual tentang hasil belajar bahasa Indonesia melalui metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
murid kelas V SD Negeri No. 38 Pa’rassangan Beru Kecamatan Sanrobone Kabupaten
Takalar
. Disamping itu, dapat dijadikan pertimbangan kepada
guru bahasa Indonesia pada SD Negeri No. 38 Pa’rassangan Beru Kecamatan
Sanrobone Kabupaten Takalar
E.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini yakni, BAB 1
PENDAHULUAN yang terdiri dari A.Latar Belakang, B.Rumusan Masalah, C.Tujuan penelitian,
D.Manfaat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS yakni,A.
Tinjauan Pustaka, B. Kerangka Pikir. . C.Hipotesis Tindakan.BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.Terdiri dari .
A. Hasil Penelitian dan B. Pembahasan. BAB V PENUTUP yaitu,A. Kesimpulan dan B.Saran
|
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
I. Hakikat Belajar
Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is definid as the
midification or strengthening of behaviour through experiencing).
Hampir semua ahli telah
merumuskan dan membuat penafsiran tentang “belajar”. Seringkali pula perumusan
dan tafsiran itu berbeda satu sama lain.
Dalam
proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting/vital.
Belajar merupakan suatu poses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan.
|
Menurut KBBI (2007 : 121) menyatakan bahwa belajar
adalah berusaha, berlatih untuk mendafatkan ilmu / pengetahuan. Dalam
pengertian yang umum dan sederhana, belajar seringkali diartikan sebagai aktifitas
untuk memperolh pengetahuan. Belajar adalah proses yang memperoleh berbagai
kecakapan,keterampilan dan sikap.
Sejalan
dengan perumusan di atas, ada
pula penafsiran tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Dibandingkan
dengan pengertian pertama, maka jelas bahwa tujuan belajar itu prinsipnya sama,
yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.
Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antar individu dengan
lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkian pengalaman belajar.
William Burton dalam H.
Oemar Hamalik (1995 : 15) Mengemukakan bahwa : A good learning situation
consist of rich and varied series of learning experiences unified around a
vigorous purpose, and carried on interaction with rich, varied and provocative
environment
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bhawa :
1. Situasi
belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu
aspek dari situasi belajar.
2. Tujuan
dan maksud timbul dari kehidupan anak sendiri.
3. Di
dalam mencapai tujuan itu siswa senantiasa akan menemukan kesulitan,
rintangan-rintangan dan situasi yang tidak menyenangkan.
4. Hasil belajar yang utama adalah
pola tingkah laku yang bulat.
5. Proses
belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Mengerjakan apa ynag
diperbuat dan mengerjakan apa yang akan dipelajarari.
6. Kegiatan-kegiatan
dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam
situasi belajar.
7. Siswa
memberikan reaksi secara keseluruhan
8. Siswa
mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.
9. Siswa
diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berbeda dalam lingkungan itu.
10. Siswa
diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupun yang tidak
berkaitan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.
Belajar menurut psikologi klasik
mengemukakan bahwa manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body)
atau zat (matter). Jiwa dan zat ini
berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat indera,
sedangkan jiwa dalah sutau realita yng non material, yang ada di dalam badan,
yang berpikir, merasa, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, serta
bertanggung jawab. Zat sifatnya terbatas, dan bukan suatu realita keseluruhan,
melainkan berkenaan dengan proses-proses material, yang terkait dengan hukum-hukum
mekanis. Sedangkan jiwa merupakan fakta-fakta tersendiri, seperti : rasa sakit,
frustasi, aspirasi, apresiasi, tujuan dan kehendak, itu semua bukan hasi dari
zat, tetapi mempunyai sumber tersendiri dalam realita yang berbeda, yang
mempunyai hak bicara dan secara relatif bebas dari hukum-hukum mekanis. Realita
ini disebut mind substansi.
Belajar menurut psikologi daya
mengemukakan bahwa, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat
beroikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap orang mempunyai/memiliki
semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatan saja. Agar daya-daya itu bekembang
(terbentuk), maka daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berpungsi. Teori
ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya. Anggapan ini sama
halnya dengan daya-daya pada badan. Apabila suatu daya telah dilatih, maka
secara tidak langsung akan mempengaruhi daya-daya lainnya dan seseorang dapat
melakukan transfer of learning
terhadap situasi lain.
Belajar menurut teori mental state,
mengemukakan bahwa jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/tanggapan-tanggapan
yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama liain
dan membentul mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu tambah
lama kesan-kesan itu tinggal dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu akan mudah
diungkapkan kembali (reproduksi) apabila
kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan sebaliknya
apabila kesan-kesan itu lemah, maka akan lebih mudah lupa. Jadi yang penting
menurut teori ini adalah bahan-bahan
materiynag disampaikan kepada seseorang. Teori ini bersifat materialistis,
mengutamakan bahan. Jiwa yang baik apabila
bahan yang diterima adalah baik dalam arti sesuai dengan norma-norma
etis.
Menurut teori ini, belajar adalah
memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk
perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan
bereproduksi. Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih banyak latihan
dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama pengalaman dan pengetahuan itu
tinggal dalam kesadaran dan ingatan seseorang, dan sebaliknya kurang
ulangan dan latihan maka
pengalaman/pengetahuan akan cepat terlupakan
Belajar menurut psikologi behavioristik.
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini
disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental
state. Dalam behaviorisme, masalah zat (matter) menempati kedudukan yang utama.
Dengan tingkah laku segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan. Behaviorisme
dapat menjelaskan kelakuan manusia secara saksama dan menyedediakan program
pendidikan yang efektif.
Dari uaraian tersebut,
ternyata konsep behaviorisme besar pengaruhnya terhadap masalah belajar.
Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara
stimulus dan respons.
Belajar menurut psikologi Gestalt, teori
ini sering juga disebut psikologi organisme atau field theory. Teori ini mengemukakan bahwa jiwa manusia dalah suatu
keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari
bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan
nenurut struktur yang telah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain.
Pandangan ini sangat
berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa pokok yang perlu
mendapat perhatian antar lain :
1. Timbulnya
kelakuan adalah berkat interaksi antara individu dan lingkungan di mana faktor
apa yang telah dimiliki (natural
endowment) lebih menonjol.
2. Bahwa
individu berada dalam keseimbangan dinamis, adanya gangguan terhadap
keseimbangan itu akan mendorong timbulnya kelakuan.
3. Mengutamakan
segi pemahaman (insight)
4. Menekankan
pada adanya situasi sekarang, di mana individu menemukan dirinya.
5. Yang
utama dan pertama ialah keseluruhan, dan bagian-bagian hanya bermakna dalam
keseluruhan itu.
II.
Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil
belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang
baru dari siswa yang bersifat menetap, fingsional, fositif dan disadari. Aspek
perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom dalam Sri Anita (2008:19) yang dapat menunjukkan
gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Romizoswki dalam Sri Anita (2008:19) menyebutkan dalam skema kemampuan yang
dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaitandengan
kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis; 2)
keterampilan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan
kegiatan perceptual; 3) keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap,
kebijaksanaan, perasaan dan kepemimpinan. Gagne dalam Sri Anita (2008:19)
menyebutkan ada lima tipe hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa 1) motor skills; 2) verbal information; 3) intellectual
skills; 4) attitudes; 5 )cognitive strategies. Begitu pula dengan
Ainunrahman (2009 :37) mengatakan bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar akan
tetapi aktivitas belajar umumnya disertai disertai perubahan tingkah laku.
Seperti telah dikemukakan diatas Sri Anita (2008:19)
mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja
tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara
seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh
siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi
pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar
yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan
dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah pada siswa Sekolah Dasar, dapat
dikaji proses maupun hasil berdasarkan: 1) kemampuan membaca, mengamati atau
menyimak
apa
dijelaskan atau diimformasikan; 2) kemampuan mengidentifikasi atau membuat
sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati atau
yang didengar; 3) kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan
perbedaan; dan 4) kemempuan melakukan kajian secara menyeluruh. Kemampuan
tersebut sudah dapat diterapkan di Sekolah Dasar khususnya pada kelas tinggi.
III.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Selama ini, dalam
pembelajaran yang banyak menggunakan
bahasa adalah guru. Padahal seharusnya siswalah yang menjadi pusat
pembelajaran (learner contered) agar tidak mudah bosan dan penuh perhatian dan
minat. Oleh
karena itu, dalam kurikulum (1994:3) pembelajaran bahasa ditentukan kepada siswa dalam menggunakan
bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. Pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dalam proses
pembelajaran Bahasa secara fungsional
dan bermakna. Pembelajaran bahasa secara secara fungsional adalah
pembelajaran bahasa yang menekankan pada pembentukan kemampuan berbahasa
Indonesia, sehingga pembelajar atau siswa mampu menggunakn bahasa Indonesia
dalam berbagai fungsi komunikasi. Pembelajaran bahasa menekankan pada
pembentukan kemampuan berpikir secara logis, sistematis dan kreatif melalui
penguasaan makna dan konsep dari berbagai unsure bahasa dan pemakainya yang
nyata dalam masyarakat. Dengan demikian diharapkan siswa mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia yang mereka kuasai untuk berbagai kepentingan berkomunikasi.
b. Bahasa Indonesia disajikan dalam wujud yang utuh,
tidak terpotong-potong dalam satuan-satuan kebahasaan yang terlepas-lepas. Oleh
karena itu materi pembelajaran sebagai mana yang dikemukakan dalam GBPP bahasa
Indonesia tidak dikemukakan dalam pokok-pokok bahasan atau sub pokok bahasan
yang terpisahkan antara satu dengan yang lain, tetapi dikemukakan dalam
butir-butir pembelajaran yang mencerminkan adanya keterpaduan antara
komponen-komponen kebahasaan, pemahaman dan penggunaan bahasa yang wajar
sebagai mana pemakaian bahasa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat.
c. Pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pembentukan
kemampuan menggunakan bahasa sebagai
alat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Pengajaran unsure-unsur
bahasa diintegrasikan dalam pengajaran keterampilan berbahasa. Dengan demikian,
pengetahuan dan penguasaan kaidah-kaidah tata bahasa secara langsung diterapkan
dalm pemakaian bahasa.
d. Penagajaran bahasa Indonesia mengarahkan pada
pembelajaran bahasa yang dapat (1) meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar
secara sistematis; (2) meningkatkan wawasan ;
(3) mempertajam kepekaan perasaan
dalam berbagai peristiwa komunikasi; (4) meningkatkan kemampuan mengapresiasi
nilai-nilai estetik dalam bahasa dan sastra Indonesia.
e. Pembelajara n bahasa
Indonesia berpusat pada siswa. Titik
tolak proses pembelajaran bukan semata-mata pada apa yang dibuthkan
siswa dan bagaimana mereka belajar. Siswa terlibat secara aktif dalam proses
pemerolehan bahasa Indonesia tidak hanya mementingkan keteramplan siswa dal am
pembelajaran.
Prinsip-prinsip
tersebut berfungsi sebagai kerangka teori dan sekaligus sebagai pedoman bagi
komponen-komponen pengajaran bahasa. Sebagai kerangka teori dan pedoman
pengajaran yang harus dipenuhi, maka setiap butir prinsip pembelajaran bahasa
memberikan arah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sejalan
deSngan pernyataan tersebut, Patombongi (1995:45) mengemukakan bahwa
prinsi-prinsip pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: (1) bahasa disajkan dalam
wujud yang utuh, tidak terlepas atau terkotak-kotak, sehingga kurang
terintegrasi didalam satu tema; (2) bahasa diajarkan secara bermakna dan secara
fungsional ; (3) pembelajaran bahasa berpusat pada siswa; (4) bahan ajar tidak
disusun bedasarkan pokok bahasan, melainkan berdasarkan tema; (5) pembelajaran
stuktur, bukan berupa tujuan penyajian kaidah atau peristilahan bahsa yang
memusat hafalan, ,melainkan berupa kegiatn yang menghasilkan stuktur tekait
dengan konteks; (6) pembelajaran kosakata bukan penyodoran daftar kata baru
untuk dilafalkan, melainkan pengenalan kosakata lewat konteks, dan (7) pembelajaran kosakata bukan uaraian
mengenai defenisi apa itu antonim, homonim, sinonim, konotasi dan denotasi, melainkan kegiatan mengajarkan
kemampuan anak untuk melihat pelbagai kemungkinan pemilihan kosakata.
IV. Prinsip Utama Belajar
Kooperatif
Prinsip
utama dari belajar kooperatif, yaitu
a. Kesamaan tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam
kelompok membuat kegiatan belajar
kooperatif. Pada sustu saat anak-anak mungkin tampak bekerja kooperatif
apabiala bertanya tentang ejaan sustu kata atau berbagi pensil saat menggambar.
Jika suatu kelas
bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan kelompok adalah menghasilkan suatu
permainan yang menyebabkan anak-anak lain atau senang mengapresiasi kelompok
itu. Namun, tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang anak mungkin ingin
menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kalas lai, yang lain
betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas
sebaik-baiknya. Namun makin sama tujuan makin kooperatif
b. Ketergantungan positif
Prinsip kedua dari belajar
kooperatif adalah ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut sebagai
anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil jika anggota dapat
bekerja sama. Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan
berbagai car, sebagai berikut:
1) Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk
pengamat, peningkat, penjelas atau perekam. Denagan cara ini, tiap individu
memiliki tugas khusus dan konstribusi tiap oaring diperlukan untuk melengkap
keberhasilan tugas.
2) Bagila tugas menjadi sub-sub tugasyang diperlukan
untuk melengkapi keberhasilan tugas.
3) Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri
dari individu-individu. Anak-anak dapat bekerja bepasangan dengan penilaian
tiap pasangan .
4) Struktur tujuan kooperatif dan kompotitif dapat
dikoordinasiknan dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menhindari
pertentangan satu sama lain.
5) Ciptakan suasana fantasi yang menjadikan kelompok
bekerja bersama untuk membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan
oleh situasi.
V.
Metode
Pembelajaran
Dalam
bahasa Ingris, method berbagai cara.
Apabila kita kaitkan dengan pembelajran, metode adalah cara yang digunakan guru
dalam membelajarkan siswa. Karena metode lebih menekankan pada peran guru,
istilah metode sering digandengkan dengan kata mengajar, yaitu metode mengajar.
Johni dalam Sri Anita
w : 24 : 2008) mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang
relatif umum yang sesuai untuk mecapai tujuan tertentu, beberapa bentuk metode
mengajara yang kita kenal adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi,
pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi (modelling), ekspremin, pemecahan masalah, inkuiri dan sebagainya.
Ceramah
merupakan cara yang umum sesuai untuk menggali berbagai gagasan atau ide dari
berbagai pihak. Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana langkah-langkah atau
prosedur penggunaan suatu metode. Setiap metode mengajar memiliki
langkah-langkah atau prosedur penggunaannnya tersendiri.
Mengajar
bukan hanya menyampaikan bahan pelajran pada siswa, tetapi merupakan suatu
proses upaya dalam membimbing dan memfasilitasi siswa supaya dapat belajar
secara efektif dan efisien. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
proses pembelajaran yang dikembangkan guru. Oleh karena itu guru harus memiliki
kemampuan dalam memilih, mengembangkan dan menerapkan berbagai metode mengajar
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembentukan kemampuan siswa sebagaimana
telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik apabila
cara yang digunakan dalam proses mengajar sesuai dengan karakteristik dan
kompetensi atautujuan yang akan dicapainya.
Guru
dalam menentukan dan memillih suatu metode mengajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran harus memprtimbangkan faktor-faktor yang yang dianggap harus
memiliki kemampuan dalam menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran. Apabila
kemampuan itu telah dimiliki oleh seorang guru, maka akan mudah baginya dalam
mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk kemampuan siswa yang diinginkkan.
Pembelajaran
merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan
aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, diperlukan suatu
metode yang fungsinya sebagai alternatif cara dalam mencapai tujuan tersebut. Metode
yang digunakan harus bervariasi sehingga tidak menimbulkan kejenuhan aktivitas
dalam proses pembelajaran.
Metode
mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan
pembelajran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya
membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajara
yang efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya
interaksi antara siswa dengan siswa maupun anatar siswa dengan guru, sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu, dalam
memilih dan menerapkan metode mengajar guru harus mengutamakan untuk melakukan
tindakan bagaimana caranya membelajarkan siswa supaya efektif dan maksimal
dalam melakukan proses pembelajaran maupun memperoleh hasil belajar.
Sri Anita
W,dkk (2008 : 51) prinsip terutama berkaitan dengan faktor perkembangan
kemampuan siswa, diantaranya berikut ini :
1. Metode
mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih
jauh terhadap materi pelajaran (curiosity).
2. Metode
mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang
kreatif dalam aspek seni.
3. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
4. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebanaran sesuatu.
5. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri) terhadap
sesuatu topik permasalahan.
6. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
8.
Metode mengajar harus
memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning).
9. Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar.
Prinsip-prinsip tersebut dalam prosesnya
merupakan esensi dan karakteristik dari masing-masing metode mengajar.
Penggunanaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai
alat atau cara untuk mecapai tujuan pembelajaran atau membentuk kompetensi
siswa. Setiap pembelajaran memiliki tujuan sehingga dalam proses
pembelajarannya ada cara maupun teknik yang mmungkinkan dapat mencapai tujuan
tersebut secara efektif tersebut.
2. Sebagai
gamabaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar pada dasarnya adalah
proses dari masing-masing metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
3. Sebagai
bahan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. Karakteristik metode mengjar
dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk penilaian, misalnya kegiatan
pembelajaran yang menggunkan metode ceramah, tanya jawab akan berbeda
penilaiannya dengan metode demonstrasi atau latihan/praktik.
4. Sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran,
apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara
individu atau kelompok.
Memperhatikan beberpa hakikat dan
prinsip-prinsip metode mengajar di atas menunjukkan betapa pentingnya suatu metode pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus cermat dan fleksibel dalam
menentukan metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pemilihan metode mengajar antara lain sebagai berikut :
1.
Tujuan pembelajaran atau
kompetensi siswa
Tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa merupakan faktor utama
yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Ada beberapa
tingkatan dalam tujuan pembelajaran, tujuan yang paling tinggi adalah Tujuan
pendidikan Nasional(TPN), kemudian dijabbarkan pada Tujuan Satuan Pendidikan
(Institusional), tujuan bidang studi ?Mata Pelajaran dan Tujuan Pembelajaran
(Instruksional).
Tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar merupakan pernyataan yang diharapkan dapat
diketahui, disikapi dan atau dilakukan siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Rumusan tersebut sebagai dasar acuan dalam melakukan
pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa. Tujuan
institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan,
misalnya SD,SMP,SMA,SMK dan seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang
harus dicapai oleh suatu mata pelajaran atau bidang studi, sedangkan tujuan
pembelajran (Instruksional) adalah tujuan yang harus dicapai suatu pokok
bahasan tertentu.
Bloom
dalam Sri Anita W, dkk (2008 :57) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan terdiri
atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraian tentang taxonomy Bloom ini dapat dilihat di
bawah ini :
a. Kognitif
1. Pengetahuan,
lebih menitikberatkan pada kemampuan mengetahui, atau untuk mengingat sesuatu.
2.
Pemahaman, lebih menekankan
pada kemampuan menerjemahkan, memahami sesuatu dan seterusnya
3. Penerapan,
lebih menenkankan pada kemampuan membuat, mengerjakan atau menggunakan teori
atau rumus.
4.
Analisis, lebih menekankan
pada kemampuan mengkaji, menguraikan, membedakan, mengidentifikasi dan
seterusnya.
5.
Sintesis, lebih menekankan
pada kemampuan menggabungkan, mengelompokkan, menyusun, membuat rencana program
dan seterusnya. Evaluasi lebih menekankan pada kemampuan menilai berdasarkan
norma atau kemampuan menilai pekerjaan sesuatu.
b. Afektif
1.
Penerimaan, lebih menekankan
pada kemampuan peka, atau kemampuan menerima.
2.
Partisipasi, lebih
menenkankan pada turut serta pada sesuatu kegiatan dan kerelaan hati.
3.
Penilaian daan penentuan
sikap, lebih menekankan pada menentukan sikap. Organisasi, kemampuan membentuk
sistem nilai sebagai pedoman hidup. Pembentukan pola hidup, lebih menekankan
pada penghayatan dan pegangan hidup.
c.
Psikomotorik
1. Persepsi,
lebih menekankan pada kemampuan berpendapat terhadap sesuatu dan peka terhadap
sesuatu hal.
2.
Kesiapan, kemampuan bersiap
diri secara fisik.
3. Gerakan
terbimbing, kemampuan dalam meniru pekerjaan yang lain/meniru contoh.
4. Gerakan
terbiasa, keterampilan yang berpegang pada pola.
5.
Gerakan yang kompleks,
keterampilan yang lincah, cepat dan lancar.penyesuaian, keterampilan dan
mengubah dan mengatur kembali. Kreativitaf, kemampuan dalam menciptakan pola
baru.
2. Karakteristik
bahan pelajaran/materi pembelajaran
Salah
satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode mengajar adalah
karakteristik bahan pelajaran. Ada beberapa aspek yang terdapat dalam
pelajaran, aspek tersebut terdiri dari aspek konsep, prinsip, proses,nilai,
fakta, intelektual dan aspek psikomotor.
a) Aspek
Konsep (concept) , merupakan
substansi isi pelajran yang berhubungan dengan pengertian, atribut,
karakteristik, label atau ide dan gagasan sesuatu. Artinya guru akan memilih
metode mana yang dianggap sesuai jika akan mengajarkan tentang konsep, begitu
juga dengan aspek yang lainnya.
b) Aspek
fakta (fact), merupakan substansi isi
pelajaran yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang lalu, data-data yang
memiliki esensi objek dan waktu, seperti nama dan tahun yang berhubungan dengan
peristiwa atau sejarah.
c) Aspek
prinsip (principle), merupakan
substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan aturan, dalil, hukum,
ketentuan, dan prosedur yang harus ditempuh. Aspek proses (proses), merupakan substansi materi pelajaran yang berhubungan
dengan rangkaian kegiatan, rangkaian peristiwa dan rangkian tindakan.
d)
Aspek nilai (value), merupakan
substansi materi pelajaran yang berhubungan dengan aspek perilaku yang baik dan
buruk, yang benar dan salah, yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi banyak
orang.
e) Aspek
keterampilan intelektual (intelectual
skill ), merupakan substansi materi pelajaran yang berhubungan dengan
pembentukan kemampuan menyelesaiakn persoalan atau permasalahan, berpikir
sistematis, berpikir logis, berpikir taktis, berpikir inovatif, dan berpikir
ilmiah.
f) Aspek
keterampilan
psokomotor (psychomotor skill),
merupakan substansi materi pelajaran yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan
fisik.
3.
Waktu yang digunakan
Pemilihan
metode mengajar juga harus memperhatikan alokasi waktu yang tersedia dalam jam
pelajaran, ada beberapa metode mengajar
yang dianggap relatif banyak menggunkan waktu, seperti metode pemecahan masalah
dan inkuiri. Penggunaan metode ini kurang tepat jika digunakan pada jam
pelajaran yang alokasi waktunya relatif singkat sehingga penguasaan materi
tidak optimal demikian pula dengan pembentukan kemampuan siswa.
4. Faktor
siswa
Faktor siswa merupakan salah
satu faktor yang hharus dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek
ini terutama berkaiatan dengan kesegaran mental (antusias dan kelelahan),
jumlah dan kemampuan siswa. Guru harus bisa mengelola pembelajaran berdasarkan
jumlah siswa, mengatur tempat duduk, bersifat fleksibel, dan mendukung terhadap
proses pembelajaran.
5. Fasilitas,
media, dan sumber belajar
Supaya memperoleh hasil belajaryang optimal maka setiap peristiwa
harus dirancang secara sistematis dan sistemik. Salah satu diantaranya adalah tersedianya
fasilitas, media dan sumber belajar. Guru tidak akan memilih metode mengajar
yang memungkinkan menggunakan fasilitas atau alat belajar yang beragam jika di
sekolahnya tidak memiliki fasilitas dan alat belajar lengkap. Dalam hal ini
perlu diupayakan, apabila guru dan siswa akan menggunakan alat atau fasilitas
maka guru bersangkutan sebelum pembelajran harus mempersiapkan terlebih dahulu.
VI. Metode Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning)
Pakar-pakar
yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
model pembelajaran kooperatif adalah Johny Dewey dan Herbert Thelan. Menurut
John Dewey dalam Munirah (2010 :8) mengemukakan kelas seharus cerminan
masyarakat yang lebih besar. Herbert Thelan telah mengembangkan prosedur yang
tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah
Gordon alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan
memberikan hasil lebih baik. Shomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran
kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga
kondisi yaitu :
a. Adanya
kontak langsung
b. Sama-sama
berperan serta dalam kerja kelompok, dan
c. Adanya
persetujuan antar anggota kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Munirah
(2010 :8) mengemukakan hal penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah
bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa yang
lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap
memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan.
Menurut Hamid
Hasan dalam Etin Solihatin dan Raharjo ( 2007;4) cooperative memgandung
pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.Slavin dalam Etin
Solihatin (2007:4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah salah satu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil scara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan
sstuktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Beberapa
teori yang mendasari, mengapa siswa yang bekerja sama dalam kelompok kooperatif
lebih banyak dari pada kelas yang diorganisasikan secara tradisional adalah
sebagai berikut (Slavin, 1995 :16).
1. Teori
Motivasi
Menurut
teori motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada
bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaiaan tujuan saat siswa
melaksanakan kegiatan. Terdapat tiga pencapaian tujuan seperti berikut in:
a.
Kooperatif, dimana
upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan
individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya siswa
lain mencapai tujuan.
b. Kooperatif,
dimana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu membuat frustasi
pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa mereka akan mencapai tujuan
jika dan hanya siswa laian tidak mecapai tujuan.
c.
Individualistik, dimana
upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu tidak memiliki konsekuensi
terhadap pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri
untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam
mencapai tujuan.
Berdasarkan teori motivasi, struktur
pencapaian tujuan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan
atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Oelh karena itu, untuk mecapai
tujuan yang diinginkan anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain
untuk keberhasilan kelompoknya dan atau yang lenbih penting adalah dorongan
atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal.
2. Teori
3. Akademik
Meskipun
pembelajaran kokoperatif mencakup berbagai tujuan sosial, namun pembelajaran
kooperatif juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Para
pengembang pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan untuk meningkatka
prestasi akademik. Para pengembang pembelajaran kooperatif telah menunjukkan
bahwa struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai yang diperoleh
siswa dan mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi itu (Arends, 1997 :
111). Selain itu, pembelajaran kooperatif dapt bermanfaat bagi siswa yang
berprestasi remdah dan tinggi bersama-sama dalam mengajarkan tugas0tugas
akademik. Siswa yang berprestasi tinggi secara akademik akan memperoleh lebih
banyak karena ia berfungsi sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran yang lebih
mendalam tentang konsep-konsep suatu pelajaran.
a. Penerimaan
akan Kekurangan
Efek
penting dari kedua model pembelajaran koopertaif adalah penerrimaan yang lebih
luas dari orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas, sosial, kemampuan dan
ketidakmampuannya. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kodisi untuk bekerja dan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik, dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
menghargai satu sama lain.
b.
Perkembangan Keterampilan Kooperatif
Tujuan
ketiga dan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengejarkan kepada siswa
keterampilan-keterampilan kerja sama dan elaborasi. Ini merupakan keterampilan
penting dan harus dimiliki dalam suatu masyarakat, dimana banyak pekerjaan
orang dewasa dilakukan dalam organisasi besar dan saling ketergantungan dan
sangat beragam budayanya. Namun banyak anak-anak dan orang dewasa kekurangan
keterampilan ini. Hal ini dibutuhkan dengan seberapa sering kketidak sesuaian
di anatar individu-individu dapat membawa pada tindak kekerasan atau seberapa
sering orang dewasa menyampaikan rasa tidak puasnya saat diminta bekerja dalam
situasi kooperatif.
Terdapat
beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams achievement Division),
tepe Jigsaw dan investigasikelompok dan pendekatan structural
VII. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Student Team Achievement Division (STAD)
merupakan salah satu metode atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan
suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Hasnawati (2008:10) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu
penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan
kelompok. Selain itu juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Student
Team Achievement Division (STAD)
adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana . siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggoatakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memstikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh murid dikenai
tugas tentang materi itu dengan catatan , saaat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan
pendekatan cooperative learning yang
menekankan pada aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk salaing memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang
maksimal.
Model ini
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya. Tive ini merupakan tipe
yang paling sederhana diantara tipe-tipe model pembelajaran kooperatif para
guru menggunakan pembelajaran kooperatif tipe stad untuk mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa,baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Secara singkat langkah-langkah pembelajaran
tipe stad terdiri atas:
a. Membentuk kelompok heterogen 4-5 orang anggota.
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru member tugas
d. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja untuk
menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesame anggota
kelompok.
e. Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab, tidak dibolehkan siswa saling membantu
f. Memberi evaluasi
g. Kesimpulan.
B. Kerangka Pikir
pembelajaran
di Sekolah Dasar adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, metrila, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan 2008 (KTSP 2008) menitikberatkan pada pencapaian tiga kemampuan yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut menjadi indikator
keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran, yang harus dicapai sebagai tujuan
dari proses belajar tersebut.
Dengan
pemilihan metode yang tepat, maka ketiga indikator keberhasilan dalam proses
belajar mengajar tersebut kemungkinan besar dapat dicapai sesuai dengan apa
yang diinginkan. Secara teoritis metode kooperatif ini mampu menjadi
penentu dari keberhasilan suatu proses belajar mengajar (pembelajaran) yang
indikasinya dapat dilihat dari peningkatan tiga kemampuan yang harus capai
selama proses belajar berlangsung yang
tertuang dalam indikator dan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, kerangka pikir dalam usul penelitian ini
digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Pembelajaran
bahasa indonesia
Metode kooperatif
Tipe STAD
Siklus I
Siklus II
Temuan
Gambar
3. Skema Kerangka Pikir
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
jika pembelajaran kooperatif tipe
STAD diterapkan, maka hasil belajar bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri
No. 38 Pa’rassangan Beru Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar dapat meningkat.
|
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, refleksi, perencanaan ulang dan seterusnya
B. Variabel dan
Desain Penelitian
1) Variabel
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan variable ganda, yakni variable bebas (independent)
dan variable terikat (dependent).
Adapun
yang menjadi variable bebas (independent) dalam penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia, sedangkan yang menjadi variabel
terikat (dependent) dalam penelitian
ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD
2)
Desain Penelitian
40
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
Gambar 2. Prosedur Penelitian
Berdasarkan skema diatas, maka
prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
SIKLUS I
1.
Perencanaan
1.
Menelaah
kurikulum SD Kelas V tahun pelajaran 2011/2012 untuk
kesesuaian waktu antara materi pelajaran dengan rencana penelitian.
2.
Menyusun dan
mengembangkan rencana pembelajaran atau skenario pembelajaran..
3.
Menyusun
instrumen berupa soal-soal alat evaluasi hasil belajar dan instrumen berupa
lembar observasi aktivitas siswa.
2.
Pelaksanaan
tindakan
Bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
a.
Mempersiapkan
semua perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas yaitu lembar kerja
siswa.
b. Menggunakan metode bervariasi
c.
Mengamati
aktivitas siswa selama proses pembelajaran untuk mengetahui motivasi belajar
siswa.
d.
Kegiatan belajar
mengajar pada siklus I dilaksanakan selama 2 jam pelajaran yaitu dua kali
pertemuan. Satu jam pelajaran 70 menit.
e.
Pemberian tugas
untuk mengetahui pencapaian indikator hasil belajar setelah proses
pembelajaran.
f.
Pemberian tugas
PR untuk melatih mengerjakan tugas.
g. Perbaikan jawaban siswa terhadap indikator yang belum dicapai pada
tugas yang diberikan dan menuliskan komentar tentang kekurangan dan kelebihan
siswa terhadap tugas yang dikerjakan.
h.
Tiap pertemuan,
guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting.
3. Tahap Pengamatan
Pelaksanaan tahap ini terhadap
aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar dengan menggunakan
observasi dengan tujuan untuk melihat adanya peningkatan aktivitas belajar
siswa dengan cara mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama pembelajaran.. Pelaksanaan evaluasi yakni memberikan tes hasil belajar yang
dilakukan pada akhir tindakan siklus I dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa.
4.
Analisis dan Refleksi
Hasil yang dicapai dalam
tahap observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dilakukan analisis dan refleksi.
Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah rencana telah dilaksanakan secara
optimal atau perlu dilakukan perbaikan. Aspek-aspek yang dianggap bagus tetap
dipertahankan, sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan revisi pada
siklus berikutnya yang masih merupakan masalah dalam siklus I.
SIKLUS
II
Siklus
ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang
dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I , dengan demikian
aktivitas dan hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat. Kegiatan yang
dilakukan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada
siklus I yaitu:
1.
Perencanaan
a.
Merancang tindakan berdasarkan hasil refleksi
siklus I
b. Mempersiapkan
perangkap pembelajaran.
c. Mempersiapkn lembar observasi untuk mengamati
aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilakukan pada siklus dengan berdasarkan pada refleksi siklus I agar kesalahan
yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan
yang dilakkan pada siklus II adalah mengulangi kembali tahap-tahap pada siklus
I sambil mengadakan perbaikan atau penyempurnaan sesuai hasil yang diperoleh
pada siklus I.
3.
Observasi
Melakukan observasi
aktivitas siswa selama berlangsung pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas siswa untuk melihat adanya peningkatan aktivitas siswa.
Melakukan aktivitas dengan menggunakan tes berupa tes tertulis pada akhir
tindakan siklus II dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa.
4. Analisis dan
Refleksi
Hasil yang dicapai
dalam tahap observasi dan evaluasi akan dianalisis dan merupakan hasil akhir
pelaksanaan tindakan siklus II kemudian melakkan refleksi dengan maksud untuk
melihat apakah rencana telah
terlaksana secara optimal atau perlu
dilakukan perbaikan. Apabila dalam tindakan siklus II masih ada kekurangan maka
dilaksanakan siklus berikutnya untuk melakukan perbaikan.
C.
Defenisi Operasional Variabel
Untuk melakukan
gambaran yang jelas dan menghindar salah penafsiran dalam penelitian ini, maka
dikemukakan dengan operasional variabel sebagai berikut :
1. Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses
yang telah dilakukan dalam belajar.
2. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang melatih siswa bekerjasama dalam kelompok belajar (Ibrahim,
2000:1). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok
dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen (Ibrahim 2000:10)
D.
Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri, dalam arti bahwa peneliti keseluruhan dari proses penelitian , mulai dari terjun
kelapangan, mengumpulkan data, sampai kepada menarik kesimpulan.
Adapun instrument bentuk tes bantuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan yaitu tes tertulis dan
uraian. Sedangkan dalam bentuknon tes adalah observasi, catatan guru, dan
wawancara Instrumen lain adalah RPP.
E. Teknik Pengumpulan
Data
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia
sebelumdan sesudah tindakan dilaksanakan.
b. Wawancara
Pada dasarnya tes
wawancara digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative
learning dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada murid kelasV SD
Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. BIasanya dalam
wawancara peneliti melengkapi diri dengan media dokumentasi atau catatan
wawancara.
c. Teknik observasi
Dalam penelitian ini
observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan, artinya selain bertindak
sebagai pengamat, juga bertindak sebagai instrument penelitian.Observasi
dilakukan agar peneliti mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi
sosialagar mengetahui realitas masalah sebenarnya sehingga data yangadiperoleh
lebih objektif dan akurat.
D.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data yang
diperoleh dari observasi dan wawancara akan dianalisis secara kualitatif. Sedangkan
data mengenai hasil belajar bahasa Indonesia murid dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik diskriftif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Penyajian Hasil Penelitian
1.
Data Siklus I
a). Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap hasil belajar bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru dan
peneliti secara kolaboratif. Peneliti dan guru bertukar pikiran untuk
menyamakan persepsi. Peneliti mengkaji kurikulum bidang studi bahasa Indonesia
kelas V dan mengidentifikasi pola pemenfaatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam bahasa Indonesia.Selanjutnya guru mempelajari, menindaklanjuti dan
mengelaborasi hasil kajian peneliti. Pada akhirnya, guru dan peneliti
bersama-sama merumuskan dan mempersiapkan model pemanfaatan metode kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
b). Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I
yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
48
|
2. Menyampaikan
pokok-pokok materi yang dipelajari. Pada kegiatan ini Murid memperhatikan
penjelasan yang disampaikan guru.
3. Guru
menginformasikan kepada murid bahwa mereka akan bekerja dan berbagi tugas dalam
kelompok masing-masing dan juga bertanggung jawab terhadap kelompok
masing-masing dan juga bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Pada kegiatan
ini murid menyimak informasi yang disampaikan
guru.
4. Setelah
mengelompokkan murid kedalam kelompok heterogen, guru memberikan tugas untuk
didskusikan bersama dengan kelompok masing-masing. Pada kegiatan ini murid
duduk dalam kelompok masing-masing dan mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru secara bersama-sama, guru mengamati kerja murid sambil membingbing
kelompok-kelompok belajar yang mengalami kesulitan. Pada kegiatan ini murid
memperhatikan arahan-arahan yang diberikan oleh guru.
5. Guru
mengevaluasi hasil belajar murid dengan menunjukkan salah seorang murid secara
acak dari beberapa kelompok untuk mempersentasekan hasil kerja kelompoknya.
Pada kegiatan ini murid ditunjuk untuk menjawab pertanyan yang diberikan
berdasarkan jawaban yang telah didiskusikan sebelumnya bersama teman dalam
kelompoknya.
6. Sebelum
mengakhiri proses pembelajaran, guru membimbing murid untuk membuat kesimpulan
tentang materi yang dipelajari dan memberikan PR sebagai latihan dirumah. Pada
kegiatan ini murid membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
7. Pada
akhir siklus I diadakan tes baik lisan maupun tulisan.Seluruh hasil observasi
dan hasil tes dianalisis.
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode kooperatif tipe STAD pada siklus I
dilakukan dengan berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran yang telah
direncanakan. Peneliti dan guru dengan cara berkolaborasi melaksanakan
penelitian. Pada siklus I diperoleh data yang berhubungan dengan kualitas
pembelajaran berupa hasil tes belajar bahasa Indonesia murid, perkembangan
kinerja, dan sikap belajar murid.Hasil tes belajar bahasa Indonesia dianalisis
untuk menentukan tingkat kemampuan rata-rata dengan klasifikasi sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi berdasarkan rentangan tingkat hasil belajar.
Hasil
tes belajar bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri No. 38 Pa’rasangan Beru
pada siklus I dipaparkan sebagai berikut:
Tabel
1 : Nilai hasil belajar bahasa Indonesia murid pada siklus I
No
|
Nama
Murid
|
Skor
|
Nilai
|
1.
|
Jumriani
|
50
|
5,0
|
2.
|
Sahril
|
50
|
5,0
|
3.
|
Irfan
|
45
|
4,5
|
4.
|
Hasdiah
|
45
|
4,5
|
5.
|
Hasminitasari
|
64
|
6,4
|
6.
|
Putriani
|
45
|
4,5
|
7.
|
Fitriani
|
68
|
6,8
|
8.
|
Nurindah Cahyani
|
64
|
6,4
|
9.
|
M. Anwar Nur
|
68
|
6,8
|
10.
|
Faizal
|
45
|
4,5
|
11.
|
Muliadi
|
50
|
5,0
|
12.
|
Asrianti
|
50
|
5,0
|
13.
|
Suandri
|
45
|
4,5
|
14.
|
Sunarti
|
64
|
6,4
|
15.
|
Hasanuddin
|
50
|
5,0
|
16.
|
Sopan Sopyan
|
50
|
5,0
|
17
|
Irwan
|
64
|
6,4
|
18.
|
Wawan
|
68
|
6,8
|
19.
|
Salim
|
68
|
6,8
|
20.
|
Asmah
|
50
|
5,0
|
21.
|
Sahrul
|
45
|
4,5
|
22.
|
Eka
|
50
|
5,0
|
RATA-RATA
|
|
5,4
|
|
NILAI TERTINGGI
|
|
6,8
|
|
NILAI TERENDAH
|
|
4,5
|
|
RENTANG NILAI
|
|
2,3
|
Pada
tabel diatas diketahui bahwa hasil belajr bahasa Indonesia murid kelas V SD N
No. 38 Pa’rasangan Beru Kec. Sanrobone Kab. Takalar masih jauh dari harapan.
Nilai rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia , setelah diberikan pembelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD siklus I hanya
5,4 dengan skor maksimal yang dapat diperoleh murid adalah 100. Nilai tertinggi
yang diperoleh murid adalah 6,8 dan nilai terendah adalah 4,5. Dari 22 murid
yang diuji hanya 4 orang yang mendapat nilai 6,8 dan 4 orang yang memperoleh
nilai 6,4, sisanya yakni 14 murid memeroleh nilai 4,5 dan 5,0
Jika
hasil belajar murid tersebut diatas dikelompokkan kedalam lima kategori, maka
distribusi nilai tersebut tampak pada tabel berikut
Tabel
2 : Distribusi frekuensi dan presentase hasil belajar bahasa Indonesia
murid pada siklus I
No
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1.
|
0-34
|
Sangat rendah
|
0
|
0 %
|
2.
|
35-54
|
Rendah
|
14
|
64 %
|
3.
|
55-64
|
Sedang
|
4
|
18 %
|
4.
|
65-84
|
Tinggi
|
4
|
18 %
|
5.
|
85-100
|
Sangat tinggi
|
0
|
0 %
|
Isi
tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada murid yang mencapai kategori sangat
tinggi. Pada kategori tinggi sebanyak 4 murid atau 18 %, dan tidak ada murid masuk kategori sangat
rendah. Pada kategori sedang sebanyak 4 murid atau 18 %, sebanyak 64 % atau 14
murid dari 22 murid berada pada kategori rendah.
Berdasarkan
isis tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia
melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sisklus I berada pada kategori
rendah.
Apabila
hasil belajara murid pada siklus I dianalisis maka, persentase hasil belajar
murid pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel
3 : deskripsi ketuntasan belajar murid kelas V SD Negeri No.38 Pa’rasangan Beru
pada siklus I.
Persentase Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persen
|
0-50
|
Tidak tuntas
|
14
|
64 %
|
55-100
|
Tuntas
|
8
|
36 %
|
Jumlah
|
22
|
100
|
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa pada
siklus I persentase ketuntasan murid sebesar 64 maka jumlah murid yang
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah 8 dari 22 murid
sebanyak 14 murid dianggap belum tuntas. Jadi hasil yang dicapai belum sesuai
dengan yang diharapkan.
c). Pengamatan
Proses pembelajaran bahasa Indonesia
melalui metode kooperatif tipe STAD pada siklus I mulai diterapkan. Pada
umumnya semua murid kelihatan bingung , penyebabnya adalah murid belum perna
menggunakan metode kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran sebelumnya. Oleh
karena itu penerapan teknik pembelajaran ini memerlukan waktu agar murid mampu
beradaptasi dengan baik. Dan keaktifan murid dalam proses pemeblajaran belum
memadai.
d). Analisis dan Refleksi
Kegiatan refleksi terlaksana atas
kerjasama antara guru dan peneliti. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sudah ptimal karena guru
mampu mengajak murid untuk berinteraksi. Perhatian murid dalam pembelajaran
cukup antusias meskipun masih ada sebagian murid yang kurang aktif dalam
kelompoknya. Selain itu mendiskusikan materi bahasa Indonesia merupakan
kegiatan langka dilakukan oleh murid selama ini dan ketika guru mengarahkan
untuk mempersetasekan kebanyakan dari mereka yang tidak mampu menyelesaikan
masalah dengan cepat.
Pada pertemuan siklus I ini, belum
menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pembelajaran. Hal ini terlihat
karena masih kurangnya murid yang mengangkat tangan pada saat diajukan
pertanyaan. Akan tetapi setelah diberikan penekanan dalam materi tersebut, maka
rata-rata murid mulai aktif dalam mengerjakan soal-soal pengembangan materi.
Dalam persentase umum terlihat murid ragu dan kurang berani menyampaikan
penjelasan dan strategi untuk menyelesaikan masalah didepan kelas dan ketika
penjelasan yang disampaikan oleh seorang murid atau salah satu kelompok,
kelompok lain, kurang berani menentukan sikap setuju atau tidak setuju dengan
apa yang disampaikan kelompok persentase dalam kegiatan ini. Murid cenderung
menunggu pendapat dari guru.
Secara umum murid menyenangi pembelajaran ini, karena
materi yang disajikan kepada murid sangat biasa dilakukan sehari-hari dalam
kehidupannya dan materi tersebut banyak murid yang menyukainya. Meskipun
demikian masih terdapat beberapa murid yang bersifat pasif dalam pembelajaran.
2. Data Siklus II
a). Perencanaan
Pembelajaran pada siklus II
dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pelaksanaan siklus I. Perencanaan
pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut hasil siklus I. Proses
pembelajaran yang sudah memenuhi standar tetap dipertahankan. Peneliti
merumuskan sejumlah perubahan atau perbaikan dari yang telah dilakukan pada
siklus I. Kemudian guru bersama peneliti membuat rencana baru dengan sejumlah
perbaikan.
Penilaian dalam pembelajaran ini
dirancang dengan menggunakan dua penilaian yaitu penilaian proses dan penilaian
hasil belajar. Penilaian proses dilakukan dengan mengamati kegiatan murid pada
saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Hal yang dinilai adalah
keadaan murid yang meliputi apa yang dilakukan, kesulitan murid dan cara
mengatasinya. Untuk penilaian hasil belajar dilakukan dengan menilai hasil
tugas murid.
b). Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I
yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Menyampaikan
indikator atau tujuan pemebelajaran dan memberikan motivasi pada murid, pada
kegiatan ini murid menyimakinformasi yang disampaikan oleh guru.
2. Menyampaikan
pokok-pokok materi yang dipelajari. Pada kegiatan ini Murid memperhatikan
penjelasan yang disampaikan guru.
3. Guru
menginformasikan kepada murid bahwa mereka akan bekerja dan berbagi tugas dalam
kelompok masing-masing dan juga bertanggung jawab terhadap kelompok
masing-masing dan juga bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Pada kegiatan
ini murid menyimak informasi yang
disampaikan guru.
4. Setelah
mengelompokkan murid kedalam kelompok heterogen, guru memberikan tugas untuk
didskusikan bersama dengan kelompok masing-masing. Pada kegiatan ini murid
duduk dalam kelompok masing-masing dan mengerjakan soal-soal yang diberikan
guru secara bersama-sama, guru mengamati kerja murid sambil membingbing
kelompok-kelompok belajar yang mengalami kesulitan. Pada kegiatan ini murid
memperhatikan arahan-arahan yang diberikan oleh guru.
5. Guru
mengevaluasi hasil belajar murid dengan menunjukkan salah seorang murid secara
acak dari beberapa kelompok untuk mempersentasekan hasil kerja kelompoknya.
Pada kegiatan ini murid ditunjuk untuk menjawab pertanyan yang diberikan
berdasarkan jawaban yang telah didiskusikan sebelumnya bersama teman dalam
kelompoknya.
6. Sebelum
mengakhiri proses pembelajaran, guru membimbing murid untuk membuat kesimpulan
tentang materi yang dipelajari dan memberikan PR sebagai latihan dirumah. Pada
kegiatan ini murid membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
7. Pada
akhir siklus II diadakan tes baik lisan maupun tulisan.Seluruh hasil observasi
dan hasil tes dianalisis.
Data
hasil tes belajar bahasa Indonesia murid kelas V SD Neg No.38 Pa’rasangan Beru
pada siklus II disajikan dalam tabel berikut ini
Tabel 4 : Nilai hasil belajar bahasa Indonesia murid pada
siklus I
No
|
Nama siswa
|
Skor
|
Nilai
|
1.
|
Jumriani
|
60
|
6,0
|
2.
|
Sahril
|
75
|
7,5
|
3.
|
Irfan
|
60
|
6,0
|
4.
|
Hasdiah
|
85
|
8,5
|
5.
|
Hasminitasari
|
85
|
8,5
|
6.
|
Putriani
|
65
|
6,5
|
7.
|
Fitriani
|
90
|
9,0
|
8.
|
Nurindah cahyani
|
80
|
8,0
|
9.
|
M. Anwar Nur
|
85
|
8,5
|
10.
|
Faizal
|
70
|
7,0
|
11.
|
Muliadi
|
65
|
6,5
|
12.
|
Asrianti
|
60
|
6,0
|
13.
|
Suandri
|
70
|
7,0
|
14.
|
Sunarti
|
80
|
8,0
|
15.
|
Hasanuddin
|
70
|
7,0
|
16.
|
Sopan sopyan
|
75
|
7,5
|
17.
|
Irwan
|
90
|
9,0
|
18.
|
Wawan
|
90
|
9,0
|
19.
|
Salim
|
80
|
8,0
|
20.
|
Asmah
|
75
|
7,5
|
21.
|
Sahrul
|
85
|
8,5
|
22.
|
Eka
|
80
|
8,0
|
|
RATA-RATA
|
|
76
|
|
NILAI TERTINGGI
|
|
9
|
|
NILAI TERENDAH
|
|
6
|
|
RENTANG NILAI
|
|
3
|
Pada
tabel diatas dipaparkan bahwa hasil bellajar BI murid kelas V SD Neg No. 38
Pa’rasangan Beru cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada murid yang
memperoleh nilai dibawah skor 60. Murid yang memperoleh nilai terendah yakni skor 60 yaitu 2 murid.
Murid yang memperoleh skor 65 yaitu 2 murid. Murid yang memperoleh skor 70 dan
80 yaitu 11 murid. Murid yang memperoleh skor 85 dan 90 yaitu 7 murid.
Rata-rata
nilai hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II yaitu 7,6 nilai
terendah 6 dan nilai tertinggi 9.
Rentang nilai antara nilai tertinggi dan nilai terendah yaitu 3.
Jika
hasil belajar murid tersebut diatas dikelompokkan kedalam lima kategori, maka
dapat diperhatikan pada tabel berikut:
Tabel
5 : Distrbusi frekuensi dan presentase hasil belajar muird pada siklus II
No
|
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1.
|
0-34
|
Sangat rendah
|
0
|
0 %
|
2.
|
35-54
|
Rendah
|
0
|
0 %
|
3.
|
55-64
|
Sedang
|
3
|
14 %
|
4.
|
65-84
|
Tinggi
|
12
|
54 %
|
5.
|
85-100
|
Sangat tinggi
|
7
|
32 %
|
Isi tabel diatas menunjukkanbahwa
tidak ada murid yang berada pada kategori sangat rendah dan kategori rendah.
Pada kategori sedang sebanyak sebanyak 3 murid atau 14 % kategori tinggi
sebanyak 12 murid atau 54 % dan kategori sangat tinggi sebanyak 7 murid atau 32
%. Skor rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia murid melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siklus II yaitu 76 yakni berada pada kategori tinggi.
Apabila hasil belajar murid pada
siklus II dianalisis maka persentase hasil belajar murid pada siklus II dapat
dilihat pada tabel 6 berikut
Tabel 6 : Deskripsi ketuntasan
belajar murid kelas V SDN No.38 Pa’rasangan Beru pada siklus I
Persentase
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persen
|
0-50
|
Tidak tuntas
|
3
|
14%
|
55-100
|
Tuntas
|
19
|
86%
|
|
Jumlah
|
22
|
100%
|
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa pada siklus II presentase ketuntasan
siswa sebesar 86. Maka jumlah murid yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran BI adalah 19 atau 66% dari 22 murid
dan sebanyak 3 murid atau 14 % dianggap belum tuntas melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
C. Observasi ( pengamatan)
Hasil pengamatan observasi yang dilaksanakan pada siklus II terlihat ada
perubahan sikap belajar yang terjadi
pada murid kelas V SD Neg No. 38 Pa’rasangan Beru Kecematan Sanrobone Kabupaten
Takalar.
Perubahan
sikap tersebut antara lain
1. Pada
siklus II perhatian murid dalam proses pembelajaran melalui metode kooperatif
tife STAD semakin meningkat
2. Terjadi
perubahan sikap atau perilaku belajar murid seperti semangat, keberaniaan dan
rasa percaya diri dari murid selama proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung.
3. Berdasarakan
hasil teks kedua telah menunjukkan hasil yang memuaskan karna jumlah murid yang
memperoleh nilai yang baik meningkat dibandingkan jumlah murid yang memperoleh
nilami yang baik pada teks pertama
Berdasarkan
kenyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap dan motipasi belajar
murid yang terjadi telah mencapai sasaran yang diharapkan. Pembelajaran siklus
II telah mendapat
respon yang sangat baik dari murid. Hal ini terjadi atas penjelasan guru yang berdasar pada pembelajaran siklus I
Jika
dilihat dari proses belajar dan hasil belajar murid secara kooperatif maupun
individu berdasarkan temuan peneliti bahwa hasilnya sangat memuaskan
d). Analisis dan Refleksi.
Setelah merefleksi hasil pelaksanaan
siklus I diperoleh satu gambaran tingdakan yang akan dilaksanakan pada siklus
II. Sebagai perbaikan dari tindakan yang dilakukan
pada siklus I
Pada siklus ini dilakukan
penyempurnaan penerapan pembelajaran. Upaya ini dilakukan dalam bentu motivasi
untuk menyelesaikan masalah dengan beberapa pertanyaan yang sifatnya yang mengarahkan
murid menemukan jawaban. Lebih
banyak memberikan latihan,mencari permasalahan dengan baik, banyak berdiskusi,
serta mendorong murid baik individu maupun kelompok untuk lebih giat dalam
mengungkapkan gagasan atau jawaban dalam menyelesaikan masalah dengan salah satu cara memberikan pujian pada murid
atau kelompok yang telah mengemukan gagasnya, dengan seperti itulah sehingga
perhatian murid dalam belajar lebih
bersemangat dan tidak memperhatikan hal-hal lain diluar pelajaran. Akan tetapi
masih ada juga murid yang kurang mengerti dengan materi pelajaran.
Pada saat akhir pertemuan siklus II
diadakan tes siklus II.mereka menunjukkan dalam nilai hasil teks yang lebih
baik dari nilai hasil teks sebelumnya hal ini terlihat pada saat menyelesaikan
soal murid lebih tenang dan mereka mengerjakan dengan penuh semangat. Kendala
yang muncul pada siklus I seperti kerja sama ribut dan kurang perhatian pada
pelajaran, kurang ditemukan pada siklus II ini.hal ini mmemberikan dampak lebih
baik karena nilai yang didapatkan lebih meningkat meskipun tidak sampai 100%
terhadpap tujuan pembelajaran yang diinginkan.
B. Pembahasan
Hasil analisis deskriptif menunjukkan
bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia
pada materi pembelajaran yang diajarkan pada siklus I dengan menerapkan modal
pembelajaran kooperatif tipe
STAD diperoleh nilai rata-rata 5,4. Murid yang memperoleh ketuntasan belajar
pada siklus I yaitu 8 orang dengan persentase 36% dari segi ketuntasan hasil belajar murid
secara klasikal pada siklus I ini menunjukkan
belum tuntas.
Sementara itu hasil belajar bahsa
Indonesia pada pokok bahasan yang diajarkan pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata sebesar 76. Murid yang memperoleh ketuntasan hasil belajar muri
secara klasikal murid pada siklus II ini menunjukkan sudah tuntas.
Perhatian murid pada proses belajar
mengajar menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini
ditunjukkan dengan makin berkurangnya murid yang ribut dan menganggu temannya
pada saat materi disajikan. Perhatian murid juga menunjukkan makin bertambahnya
murid yang bertanya atau memintah bimbingan pada teman kelompoknya tentang
materi yang belum dipahami, cara-cara penyelesaian soal maupaun cara-cara
melaksanakan belajar kooperatif dengan anggotanya yang heterogen termasuk
keberaniaan dan rasa percaya diri murid untuk memberikan tanggapan juga
mengalami peningkatan.
Semangat murid terhadap pembelajaran
kooperatif tipe
STAD dengan persaingan positif juga tampak. Hal
ini terlihat ketika murid berlombah untuk menyelesaikan soal, juga
terlihat tiap kelompok juga memberikan dukungan dan semangat (terkadang
menyebutkan nama atau bertepuk tangan ) kepada temanya yang maju menyelesaikan
soal.
Berdasarkan hasil analisis
kuantitatif dapat disimpulkan bahwa dari lembar opservasi aktivitas murid
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diadakan penelitian tingdakan
kelas (PTK) hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil
belajar murid yang diperoleh dari hasil teks siklus I dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tife STAD diperoleh nilai rata-rata 5,4. Sedangkan pada
siklus II diperoleh nilai rata-rata
7,6.demikian juga dengan ketuntasan belajar Bahasa Indonesia murid mengalami
peningkatan dari 8 murid atau 36%
2. Terjadi
peningkatan kehadiran murid dan keaktifan dalam proses pembelajaran sesuai
dengan hasil observasi hasil pengamatan selama tingdakan pelaksanaan.
B.
Saran
Adapun
saran yang dikemukakan oleh peneliti
adalah :
1.
67
|
2. Melihat
hasil penelitian yang diperoleh melalui penerapan pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan STAD cukup positif,
maka diharapkan kepada guru-guru khususnya guru bahasa Indonesia agar dapat
menerapkan strategi ini dengan perubahan-perubahan yang
relevan
PATMAWATI
2012 . Peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran
kooperatif tife STAD murid kelas V SD
Negri.No. 38 Pa’rasangan beru Kec. Sanrobone Kab. Takalar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cara meningkatkan
hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tife STAD murid
kelas V SD Negri No. 38 Pa’rasangan Beru Kec. Sanrobone Kab. Takalar.
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindak kelas (PTK) yaitu dengan cara menggunakan
pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia pada murid kelas V SD Negri
No. 38 Pa’rasangan Beru Kec. Sanrobone Kab. Takalar. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel ganda yaitu peningkatan hasil belajar bahasa
Indonesia murid sebagai variabel terikat dan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai variabel bebas
Penelitian ini menunjukkan bahwa
peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD murid kelas V SD Negeri No. 38 Pa’rasangan Beru
Kec. Sanrobone Kab. Takalar. Telah dilaksanakan
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan melaksanakann
siklus berturut-turut dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan
|
Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dengan pembelajaran kooperatif tife STAD diterapkan maka hasil belajar murid
murid kelas V SD Negri No. 38 Pa’rasangan Beru Kec. Sanrobone Kab.
Takalar.dapat meningkat
|
Abdullah,
A.E. 1997. Pengaruh Motif berprestasi dan
Kapasitas kecerdasan Terhadap Prestasi Belajar dalam Kelompok Akademi SMU
Negeri di Sulawesi Selatan. “ Disertasi. IKIP Bandung : tidak
diterbitkanAgung, I.G.N. 1992. Metode
Penelitian Sosial : Pengantar dan Pemakaian Praktis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Arikunto,
Suharsismi. 1997. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta
Depdikbud. 1994. Pokok-Pokok
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum 1994. Jakarta. Dekdikbud.
Depdiknas.
2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar. Makasar : Depdiknas.
Echols,
John M. And Sadilly, Hasan. 1976. Kamus
Bahasa Inggris Indonesia,cet pertama. Jakarta: PT.
Gramedia.
Gulo,
W. 2002. Startegi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT. Gramedia.
Hamalik Oemar.2001.Kurikulum
dan Pembelajaran.Jakarta. Bumi Aksara.
Hasnawati.2008. Laporan Pemantapan Profesi Keguruan. Takalar.
“ Disertasi” Unismuh Makssar: tidak diterbitkan.
Hikmawaty. 2002. Peningkatan Profesionalisme Guru di sekolah Dasar.
Karya Tulis Ilmiah. UMI Makassar : tdk diterbitkan.
69
|
70
|
Nababan, P. W.J. 1987. Ilmu Pragmatik : Teori dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Patombongi, Wardihan. 1995. “ Pengembangan Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Berdasarkan Kurikulum 1994 “Jurnal Pendidikan dan Keguruan. Volume
3 no. 3 hal 5-6 Ujung Pandang. FKIP Ujung Pandang.
Slavin R. 1995. Cooperative learning : Theory, Research
and Practice, englewoods Cliff, Nj :Prentice- Hall.
Solihatin Etin,dan Raharjo.2007.Cooperative learning.Jakarta. Bumi Aksara.
Sri
Rahayu. 2008. Strategi Pembelajaran
Pragmatik dan Pengaruhnya Terhadap
Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas II SLTP Negeri II Bontonompo Selatan.
Skripsi. Unismuh Makassar : tidak diterbitkan.
Suyatno. 2009. Menjelajah
Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Masmedia Buana Pustaka.
Vrendenbreght,
J. 1978. Metode dan Teknik Penelitian
Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia.Westphal, Patricia. 1997. Teaching and Learning : A Key to success.
Lincolnwood III :
National
Teks Book.
|
Persetujuan
Pembimbing
Judul
: Pengaruh Metode Cooperative Learning Pada Proses Belajar
Mengajar Pada Siswa Kelas VI SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa
Nama : RIDWAN
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah
diperiksa dan diteliti ulang, maka
proposal ini telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan dalam rangka
mengadakan penelitian.
Makassar, 15 Sepetember 2011
Disetujui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing
II
Drs.
Hambali, S.Pd, M.Hum Drs. Andi Adam, S.Pd
Diketahui Oleh,
Dekan
FKIP Ketua
Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr.
Andi Syukri Syamsuri, M.Hum Dra. Munirah, M.Pd
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
B.
Pembahasan
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata
pelajaran : Bahasa indonesia
Kelas /
semester :V/I
Waktu : 5X35 menit (2 x pertemuan)
Siklus/pertemuan
:II / I dan II
Tema :peristiwa
A. Standar Kompetensi
Mendengarkan
Mengunkapkan pikiran, pendapat,perasaan, fakta secara
lisan dengan menanggapi suatu persoalan menceritakan hasil pengamatan atau
berwawancara
B. Kompetensi Dasar
Menaggapi suatu persoalan atau peristiwa dan
memberikan saran pemecahanya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun
berbahasa.
C. Indikator
a.kognitif
produk:
·
Menjelaskan suatu masalah
·
memahami suatu persoalan yang di hadapi atau di
utarakan
·
memahami peristiwa
yang terjadi
·
memberikan tanggapan
dan saran atasa peristiwa yang terjadi
proses
·
Mencermati
permasalahan yang terjadi
·
Menjelaskan
peremasalahan yang terjadi
b. Psikomotorik
memberikan tanggapan terhadap suatu persoalan atau
perisriwa dan memberikan saran pemecahanya dengan bahasa yang santun
c. Apektif
·
Melakukan komunikasi
·
Melakukan kerja sama
D.
Tujuan Pembelajaran
a.kognitif
produk
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat menjelaskan suatu masalah
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat memahami suatu persoalan yang dihadapi atau di utarakan
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat memahami peristiwa yang terjadi
Proses
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat mencermati permasalahan yang terjadi
·
Setelah memdengarkan,
murid dapat menjelaskan masalah yang terjadi
b. Psikomotorik
Setelah mendengarkan, murid dapat menanggapi suatun
persoalan atau memberikan saran
pemecahanya dengan bahasa yang santun
c. Afektif
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat melakukan kerja sama dengan baik dalam kelompok
E.
Materi Pokok
Persoalan factual
F.
Metode pembelajaran
·
Metode :ceramah,
diskusi, penugasan
·
Model :kooperatif,
tipe STAD
G.
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah
|
Kegiatan pembelajaran
|
waktu
|
karakter
|
Fase 1
Fase 2
Fase 3
|
Kegiatan awal
·
Guru member
salam
·
Apersepsi
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
Kegiatan inti
Pertemuan 1
· Siswa memperehatikan persoalan yang diutarakan teman
· Siswa memahami persoalan tersebut
· Menyebutkan
persoalan yang diutarakan teman
· Memberi tanggapan terhadap persoalam yang
diutarakan teman
Pertemuan 2
·
Siswa memberi
dan memahami peristiwa yan g terjadi
·
Membuat beberapa kalimat tanggapan
·
Memberi
tanggapan dan saran terhadap peristiwa yang terjadi dengan dua kalimat atau
lebih
Kegiatan akhir
·
Menyimpulkan
meteri yang telah di sajikan
·
Memberikan
tugas untuk memcari berita dikoran atau majalah tentang peristiwa yang
terjadi di akhir-akhir ini
·
Guru menutup
pelajaran
|
10 menit
68 menit
68 menit
10 menit
|
· Religious
· Mandiri
· Tanggung jawab
· Disiplin
·
Kerja sama
·
Kerja keras
·
Komunikatif
·
Komunikatif
·
Kerja keras
·
Komunikatif
·
Kreatif
·
Percaya diri
·
mandiri
|
H. Media dan Sumber
Pembelajaran
Media:Koran
dan makalah
Sumber:buku
bahasa Indonesia 5 SD / MI
I.
Penilaian
Teknik
penilaian :tes lisan.
Bentuk : uraian
Instrument
1. Perhatikan
persoalan berikut! Andi : aku ingin sekali memancing dilaut, aku ingin
mendapat ikan besar sayangnya aku nga punya pancing besar!! Berikan tanggapanmu
terhadap persoalan Andi diatas
2. Kapal pencari korban
musibah KM senopati TEAMUSUNTARA
kandas akibat ombak badai yang menyapa perairan laut jawa .kapal bocor
dan hampir tenggelam. Namun kapal dengan lima ABK itu dapat di selamatkan,
tulislah tanggapan dan saranmu atas peristiwa tersebut diatas!
Format penilaian
NO
|
Nama siswa
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
||
Kognetif
|
efektif
|
psikomotorik
|
|||
|
|
|
|
|
|
Pedoman penskoran
Nilai perolehan
Nilai = X 100 =
Nilai
maksimal
Tamalate Desember 2011
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Kelas
Ratna, S.Pd Mansyur, A.Ma.,Pd
Nip :19650822 198903
2009 Nip:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata pelajaran : Bahasa indonesia
Kelas / semester :V/I
Waktu :
4X35 menit
Siklus/pertemuan :I
/ I dan II
Tema :peristiwa
A.
Standar kompetensi
Mendengarkan
Memahami
penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
B.
Kompetensi dasar
Megidentifikasi
unsure cerita tentag cerita rakyat yang didengar
C. Indikator
a.kognitif
produk :
·
Menjelaskan
pengeretiuan cerita rakyat
·
Menyebutkan
unsure-unsur cerita yang di dengar (latar, tokoh dan alur)
·
Mengidentifikasi
unsur cerita rakyat (latar, tokoh, dan
alur)
Proses
·
Menyimak cerita yang
di bacakan teman
·
Menjawab pertanyaan
tentabg isi cerita
·
Mencatat unsure-unsur
cerita ( latar, tokoh, dan alur)
·
Menjelaskan setiap
unsure cerita
b.Psikomotorik
Mendiskusikan unsure-unsur cerita
rakyat
c.Afektif
·
Melakukan komunikasi
:presentase, bertanya, dan berpendapat
·
Melakukan kerja sama
D. Tujuan
pembelajaran
a.kognetif
produk:
·
Setelah mendengarkan,
murid menjelaskan pengertian cerita
rakyat
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat menyebutkan unsure-unsur
cerita yang didengarnya (latar, tokoh, dan alur)
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat mengidentifikasi unsure cerita rakyat (latar, tokoh, dan alur)
Proses:
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat menyimak cerita yang di bacakan teman
·
Setelah
mendengarkan murid dapat menjawab
pertanyaan tentang isi cerita
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat mencatat unsure-unsur cerita (latar, tokoh, dan alur)
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat menjelaskan tiap unsure cerita
d. psikomotorik
setelah
mendengarka , murid dapat mendiskusikan unsure-unsur cerita rakyat.
c. Afektif
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi presentasi
bertanya dan berpendapat
·
Setelah mendengarkan,
murid dapat bekerja sama dengan baik dalam berkelompok
E. Materi
pembelajaran
Teks cerita rakyat
F.
Metode dan model pembelajaran
·
Metode:ceramah,diskusi,/kelompok
penugasan
·
Model:kooperatif tife
STDA
G. Kegiatan
pembelajaran
Langkah-langkah
|
Kegiatan pembelajaran
|
Waktu/menit
|
karakter
|
Fase I
Fase II
Fase III
|
Kegiatan awal
·
Guru member
salam dan mengamati kehadiran serta kesiapan murid
·
Apersepsi
(guru bertanya tentang pelajaran sebelumnya)
·
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti
Pertemuan 1
· Guru menjelaskan tentang cerita rakyat
·
Murid membaca / mendengarkan cerita rakrat
·
Murid menjawab
pertanyaan tentang isi cerita
Pertemuan
II
·
Guru
menyebutkan unsure-unsur cerita
·
Guru
menjelaskan tentang unsure-unsur
cerita (latar,tokoh dan alur)
·
Murid
menjelaskan tiap-tiap unsure cerita
·
Murid
mengidentifikasi unsur cerita (latar,tokoh dan alur)
Kegiatan akhir
·
Guru
menyimpulkan materi yang telah di sampaikan
·
Peserta didik
dan guru saling melakukan refleksi
·
Guru
menginformasikan materi pelajaran selanjutnya
·
Guru menutup
pelajaran
|
10 menit
60 menit
60 menit
10 menit
|
·
Relijius
·
Mandiri dan
percaya diri
·
Tanggung jawab
·
Kerja keras
·
Komunikatif
·
Kerja keras
·
Komunikatif
·
Kreatif
·
Inofatif
·
Percaya diri
·
mandiri
|
H.
Media dan sumber
pembelajaran
Media : cerita rakyat
Sumber:
buku bahasa Indonesia 5 SD / MI
I.
Penilaian
Penilaian
: bentuk teks tertulis pedoman penskoran
1.jelaskan pengertian cerita rakyat
NO
|
KEGIATAN
|
SKOR
|
1
|
Murid
yang dapat menjelaskan cerita rakyat
|
3
|
2
|
Murid
yan g menjelaskan kurang lengkap
|
2
|
3
|
Murid
yang menelaskan tidak lengkap
|
1
|
2.sebutkan
unsure-unsur cerita rakyat
NO
|
Kegiatan
|
Skor
|
1
|
Murid
menyebutkan 3 unsur-unsur cerita
|
3
|
2
|
Murid
menyebutkan 2 unsur-unsur cerita
|
2
|
3
|
Murid
menyebutkan 1 unsur-unsur cerita
|
1
|
3.identifikasi
tokoh, latar dan alur cerita yang terdapat pada cerita yang telah kamu
dengarkan
NO
|
Kegiatan
|
Skor
|
1
|
Mengidentifikasi
tokoh latar dan alur
|
6
|
2
|
Mengidentifikasi
tokoh dan latar
|
4
|
3
|
Mengidentifikasi
tokoh saja
|
2
|
Format penilaian
NO
|
Nama siswa
|
Aspek yang di nilai
|
Skor
|
||
kognetif
|
Afektif
|
psikomotorik
|
|||
|
|
|
|
|
|
Pedoman oenskoran
Nilai
perolehan
Nilai X 100=
Nilai
maksimal
Mengetahui Tamalate
…. Desember 2011
Kepala sekolah Guru
Kelas
Ratna,
S.Pd Mansyur, A.Ma.,Pd
Nip :19650822 198903 2009 Nip:
SILABUS
Nama Sekolah
:SD Inpres Gallang
Mata Pelajaran :Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V / 1
Tema :Peristiwa
Standar
Kompetensi :Mendengarkan
1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
Kompetensi Dasar
|
Materi
pokok/pembelajaran
|
Kegiatan
pembelajaran
|
Indikator
|
Penilaian
|
Alokasi waktu
|
Sumber belajar
|
||
Teknik
|
Bentuk
instrumen
|
Contoh
instrumen
|
||||||
Mengidentifikasi
unsure cerita tentang cerita rakyat yang didengar
|
Cerita rakyat
|
·
Mendengarkan
cerita yang dibacakan teman
·
Menjawab
pertanyaan tentang isi cerita
·
Mencatat
unsure-unsur cerita (latar,tokoh dan laur)
·
Menjelaskan tiap-tiap unsure cerita
·
Mendengarkan
cerita rakyat ya g di bacakan guru atau teman
·
Mengidentifikasi
unsur cerita (tokoh, latar dan alur) yang didengarnya
|
1.2.1 mampu
menjelaskan unsure-unsur cerita yang didengarnya (tokoh,latar dan alur)
1.2.2. mampu
mengidentifikasi unsure cerita yang didengarnnya (tokoh,latar dan alur)
|
Tes te rtulis
|
uraian
|
Dengarkan cerita
yang dibacakan guru atau temanmu
1. Sebutka n unsure-unsur
cerita yang kamu dengar dan jelaskan masing-masing
2. Identifikasi tokoh, latar
dan alaur cerita terdapat pada cerita yang telah kamu dengarkan
|
2x
pertemuan (4 x35 menit)
|
Buku bahasa Indonesia 5 SD/MI
|
2. Mengungkapkan pikiran pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan menceritakan hasil pengamatan atau berwawancara
Kompetensi
dasar
|
Materi
Pokok/pembelajaran
|
Kegiatan
pembelajaran
|
Indikator
|
Penilaian
|
Alokasi
Waktu
|
Sumber
belajar
|
||
Teknik
|
Bentuk instrumen
|
Contoh instrument
|
||||||
Menanggapi
suatu persoalan atau peristiwadan memberikan saran pemecahannya dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
|
Permasalahan
atau peristiiwa
|
·
Mencermati
permasalahan yang terjadi
·
Menjelaskan
masalah yang terjadi
·
Memberikan
tanggapan dan saran atas masalah tersebut
|
2.1.1 Mampu
menjelaskan suatu masalah
2.1.2. Mampu
memberikan tanggapan dan saran pemecahan terhadap masalah yang terjadi
|
Tes tertulis
|
Uraian
|
Cermatilahh
masalah berikut! Bonar sudah 3 hari tidak masuk sekolah. Keluarganya tidak
mampu . Sudah beberapa bulan ia tidak
membayar SP. Banar menjadi rendah diri:
1.jelaskan masalah diatas!
2.berikan
tanggapan dan saran pemecahan masalah tersebut!
|
2x pertemuan
(5x35 menit)
|
Buku bahasa
Indonesia 5 SD/MI
|
Mengetahui Tamalate, desember 2011
Kepala sekolah Guru
kelas
RATNA, S.Pd MANSYUR.
A.Ma,Pd
Nip =19650822 198903 2009 Nip=
0 komentar:
Posting Komentar